Menengok Ikan Hias di Pulau Maitem

Salah satu sudut di Pulau Maitem. Foto: Lampung Post/Aris Susanto


BANDAR LAMPUNG (Lampost.co) -- Indahnya wisata pantai di sepanjang Teluk Lampung masih menjadi pilihan wisatawan lokal dan luar Lampung untuk mengisi liburan bersama kolega, teman, dan keluarga. Beragamnya spotmenyelam dan berswafoto terus menyedot perhatian para wisatawan lokal maupun luar Lampung.
Belum lama ini Pulau Wayang yang mirip sensasi wisata Raja Ampat, di Papua Barat, yang tidak pernah menjadi tujuan memancing, sejak sebulan lalu mulai menjadi pilihan pengunjung. Istimewanya di pulau bertebing itu, airnya jernih dan banyak ikan-ikan besar. Diprediksi menjelang HUT RI dan setelahnya, sejumlah pantai dipastikan dipadati wisatawan.
Bagi pengunjung yang hobi memancing ikan hias yang warna-warni, berwisata bersama teman dan keluarga ke Pulau Maitem tidak akan kecewa. Namun, tentunya wisatawan tetap harus harus melihat cuaca dan arah angin, yang disebut para nelayan alur, agar perahu atau kapal kecil yang kita tumpangi bisa menepi di tempat yang landai.
Pulau Maitem selain surganya mancing mania, juga gudangnya ikan hias yang cantik-cantik. Airnya jernih, sehingga ikan hias bisa dilihat dari atas kapan saat sandar, seakan menari-nari dan mengajak kita untuk menyelam.
Bagi pengunjung yang sampai ke Pulau Maitem, jangan lupa membawa peralatan menyelam. Dijamin akan kecewa jika lupa membawa alat selam. Namun, yang harus diingat, jangan lupa mengenakan pelampung yang dapat membantu tubuh kita saat melihat ikan hias.
Minggu (13/8/2017), sekitar pukul 08.00, rombongan wisata dari Natar, Lampung Selatan, dan dari Seputihraman, Lampung Tengah, yang dipimpin Sutarno dan Irvan, sampai di Dermaga 1 Ketapang. Setelah berkoordinasi dengan Rendi, pengelola traveling serta penyewaan alat selam dan kapal, rombongan yang berjumlah sekitar 20 orang itu bersiap-siap ke spot anemon dan Pulau Maitem.
Sebelum wisatawan menaiki kapal, Rendi memberikan arahan kepada para penyelam. Pertama mereka diminta mempersiapkan stamina. Kemudian alat selam yang disewa harus terus dijaga karena harganya cukup mahal, mencapai Rp1 juta per unit.
Kemudian, wisatawan harus tetap mengenakan pelampung demi keamanan. Yang tidak kalah penting, pengunjung tetap harus menjaga kebersihan laut dengan cara tidak membuang sampah ke laut, tetapi bisa dikumpulkan dan dimasukkan ke kantong plastik yang disediakan di kapal. Khusus ke Pulau Maitem, pengunjung sebaiknya mengenakan alas kaki karena banyak batu karang yang mati dan tajam. Berjalanlah hati-hati setelah turun dari kapal. Bagi penyelam juga harus memperhatikan agar tidak merusak terumbu karang, apa lagi sampai mengambilnya.
Arwani (55), penjaga Pulau Maitem, mengatakan untuk melihat-lihat ikan hias yang cantik dan beragam warnanya, berkunjung ke Pulau Maitem tentu akan terpuaskan. "Di sini saya sudah lima tahun dan pulang ke darat, melihat keluarga ya setahun sekali," ujar pria tua itu.
Beberapa fasilitas, seperti tempat duduk boleh digunakan asalkan tidak merusak dan membuang sampah sembarangan. Di beberapa titik imbauan terpasang agar tidak menaiki menara mercusuar karena sangat berbahaya. Pulau Maitem, menurutnya, dikelola oleh Dirjen Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan sebagai distrik navigasi Kelas 1 Tanjung Priok sebagai menara suar Maitem DSI 2378. Selamat mencoba. *

Sumber: lampost.co


EmoticonEmoticon